Footer 1

2009/01/12

Mencintai Musuh Kita

Awalnya dari sebuah comment di tulisan saya sebelumnya, Palestina Mengetuk Hati Kita. Seorang sahabat yang berkunjung menuliskan: waduh bukanya yahudi itu laknatulloh yg harus di perangi ,di musnahkan. bukan di cintai. mereka musuh ALLOH ...

Nah, berikut pemikiran saya.

Israel alias Yahudi adalah kaum yang memang berbakat nyengiti dari dulu. Pinter sekaligus licik, rakus, tidak berperikemanusiaan dan sok punya kuasa. Beberapa hari kemarin mereka bergaya sok menolong ketika mengumpulkan kurang lebih 100 orang Palestina di sebuah gedung untuk - Masya Allah - sehari setelahnya mengirimkan serentetan peluru menghujani gedung tersebut dan menewaskan lebih dari 30 orang tak berdaya yang sedang berlindung ketakutan di dalamnya. Tentu saja ini adalah pembantaian terencana dan PBB pun menganggapnya demikian. Sebuah kejahatan perang. Belum lagi lebih dari 800 orang - jumlah itu terus bertambah - yang meninggal jadi korban kebiadapan Israel.

Lha, secara logika dan hati nurani kemanusiaan kita bukankah tipe bangsa kayak begini emang wajib dimusuhi, dibakar benderanya, kalo perlu ditembak dan dibunuh karena kejahatannya yang luar biasa?

Sebelumnya, saya akan meminta maaf terlebih dahulu. Saya muslim 100% dan Insya Allah sedang mencoba untuk taat dan mendekat pada Allah, Tuhan saya dan Tuhan kita semua. Tapi pendapat saya ini murni ijtihad saya sendiri dan tidak mewakili muslim lainya. Saya akan mulai dengan beberapa pertanyaan:

Jika Nabi Muhammad Rasulullah diludahi orang dan dilempari batu sampai berdarah-darah, apa yang akan Anda lakukan?

Jika engkau ditodong pedang dan hendak dibunuh lantas berhasil merebut pedang itu untuk balik menodong penyerang Anda, apakah yang akan Anda lakukan setelahnya?

Jika seseorang atau sekelompok orang karena alasan sepele memukuli dan menghajar salah satu orang di kampung Anda dan penduduk kampung Anda berkumpul untuk menyerbu kampung si pemukul dan mengajak Anda ikut serta menghancurkan kampung lawan, apa yang akan Anda lakukan?

Jawaban paling logis bisa jadi seperti ini: pertama, nasib orang yang berani meludahi bahkan melempari Rasulullah pasti tidak selamat. Rasulullah junjungan kita umat Islam diperlakukan seperti itu, kurang ajar betul. Bahkan Salman Rushdie-pun - oleh sebagian ulama Islam - dihalalkan darahnya. Kedua, mata ya dibalas dengan mata. Saya berhak membunuh dia karena dia telah berniat membunuh saya. Kalau tidak saya bunuh maka saya yang akan dibunuhnya. Pedang lawan akan saya pakai untuk mengirimnya ke neraka karena kejahatannya pada saya. Ketiga, namanya juga solidaritas. Bisa jadi sekarang kawan saya, besok mungkin saya. Jadi saya akan segera pulang ambil senjata secukupnya - bukan kita kok yang mulai bikin masalah - dan berangkat memberi pelajaran pada orang kampung sebelah agar tidak macam-macam lagi dan mengganggu orang kampung saya.

Dengan segala hormat, berikut jawaban saya:

Pertama, Rasulullah sendiri memberikan teladannya. Beliau tidak balas meludahi orang yang meludahi beliau. Ketika suatu hari beliau lewat dan tidak ada yang meludahinya, beliau bertanya kemana gerangan Si Fulan yang biasa meludahiku? Saat tahu Si Fulan sakit, beliau membawa bingkisan menjenguk ke rumahnya dan mendoakannya cepat sembuh. Saat beliau dilempari batu oleh kaum Thaif, beliau tidak balas melempari mereka atau menyerbu dengan pasukan yang lebih besar. Rasul terpilih itu malah memintakan ampunan buat kaum Thaif pada Allah. Rasul kita bukan pendendam, pemarah dan tukang perang.

Kedua, Rasul sekali lagi membawa keindahan saat seseorang menodongkan pedang untuk membunuhnya. Terjadi dialog dan suatu ketika pedang itu terjatuh. Rasul kita memungut pedang itu dan mengembalikannya pada penodongnya, bukan menggunakannya untuk membalas dendam.

Ketiga, saya akan tinggal dan tidak pergi untuk menyerbu kampung sebelah meskipun resikonya akan dimusuhi orang sekampung. Saya akan mencegah penyerbuan itu. Saya akan jelaskan semampu saya bahwa membalas sebuah kejahatan kecil dengan kejahatan lebih besar seperti merusak rumah orang yang mungkin tidak bersalah itu lebih banyak dosa dan mudharat-nya. Saya mungkin tidak akan didengarkan, saya mungkin dituduh tidak setia kawan dan tidak solider. Apa boleh buat, untuk menjadi jernih dalam situasi kalut memang membawa resiko. Punya keyakinan yang berbeda dengan banyak orang membang beresiko. Tapi apa salahnya mengambil resiko jika kita yakin benar?

Kembali ke pertanyaan sahabat yang berkunjung di blog ini:
waduh bukanya yahudi itu laknatulloh yg harus di perangi ,di musnahkan. bukan di cintai. mereka musuh ALLOH ...

Saya setuju bahwa Yahudi itu laknatullah. Saya setuju bahwa Iblis itu nanti masuk neraka. Saya setuju bahwa setiap penjahat harus dihukum. Saya setuju bahwa musuh-musuh Allah harus diperangi dengan jihad.

Tapi saya memilih cara jihad yang berbeda. Saya memilih meninggalkan cara kekerasan dan pembalasan. Saya memilih mengikuti Rasulullah dalam menegakkan Kalimat Allah di bumi yang penuh rahmat ini. Bahkan Mother Teresa tidak mau menghadiri demo anti perang, karena artinya itu demo yang mengutuk dan mengecam perang.

Semakin banyak kata perang disebut, semakin banyak orang membenci, mengutuk dan mengecam makin besarlah kemungkinan perang akan terus berlanjut. Karena hukum ketertarikan akan bekerja, jika kita terus berfikir tentang perang - tidak peduli setuju atau tidak setuju - maka perang makin eksis di pikiran kita dan akhirnya menjadi kenyataan. Makin kita mengutuk-ngutuk Israel, maka Israel makin eksis di pikiran kita dan kita ketularan kejahatannya: jadi gampang mengutuk, memaki, marah dan jika seseorang meminjamkan senapan M16: bukan mustahil kita akan jadi pembunuh. Sama dengan Israel yang kita musuhi.

Saya tidak menentang demo anti Israel dan Amerika. Silakan jika ingin membakar bendera Israel atau melempari tokoh Israel dengan sepatu yang paling bau. Saya pun berdoa agar saudara-saudara tercinta saya di Palestina tabah memnjalani cobaan ini dan dikuatkan hatinya sekuat baja.

Saya memilih menyerukan penghentian perang, mewujudkan perdamaian dari kedua belah pihak. Saya memilih mengumpulkan bantuan kemanusiaan semampunya buat warga Palestina dan warga sipil Israel. Saya memilih menyampaikan pendapat saya secara terbuka seperti ini agar kita bisa bertukar pikiran untuk menuju kebenaran sejati.

Saya memilih mencintai musuh kita ketimbang memusuhinya. Saya memilih melawan kebiadapan dengan kasih sayang dan cinta. Saya memilih meluluhkan hati seorang tentara Israel sehingga dia sadar dsn kembali mendengarkan hati nuraninya, ketimbang menembak kepalanya dengan pistol di tangan. Saya memilih berdoa agar Allah menggerakkan hati para pejabat, militer di Israel, Amerika dan sekutunya untuk menghentikan serangan. Saya berdoa teman-teman Hamas mau sedikit bersabar untuk tak buru-buru melontarkan roketnya ke warga sipil Israel.

Karena ketika roket dibalas roket, peluru dibalas peluru, bom dibalas bom: makin banyaklah manusia yang menderita dan setan makin kencang tertawanya.

Inilah pilihan saya dan kemungkinan besar tak banyak yang sependapat dengan apa yang saya saya sampaikan ini. Saya mungkin utopis atau fatalis. Tapi saya tidak mau ikut arus hanya agar diterima sebagai bagian mayoritas.

Saya percaya, saya tidak sendiri dalam hal ini. Tuhan tahu apa yang saya pikirkan dan nawaitu-nya Insya Allah demi terciptanya Islam sebagai Rahmatan lil 'Alamien. Karena - seorang teman memberitahu - Islam berasal dari kata Salam, artinya selamat.

Semoga keselamatan segera hadir memenuhi hamparan bumi kita. Dan bersemayam di relung hati kita masing-masing. Amien ya Robbal 'Alamien...





0 comments: