Footer 1

2007/10/02

Tuhan Ada di Emperan Jalan

Ya, Tuhan memang ada di emperan jalan dan di pojok-pojok tak terlihat mata. Tuhan bersembunyi, takut pada segala sesuatu yang terang. Tuhan tengkurap atau berbaring, atau menerawang jauh dan kosong. Tuhan berbalut kain robek, kotor dan bau, beralas kardus dan koran bekas. Tuhan mengais-ngais sampah mencari sisa makanan yang semoga belum basi. Tuhan merintih, perutnya melilit minta diisi tapi cuma ada angin dan air comberan. Tuhan yang disembah-sembah dengan khusyuk di mesjid dalam jamaah yang wangi dan bersih, menggigil kedinginan dimangsa angin malam yang jahat.

Tuhan menyapa kita semua dengan tatap mata kesakitan, kita menutup hidung dan pura-pura memandang kelap kelip lampu reklame di pertokoan raksasa. Tuhan menyingkir di pohon besar tempat orang kencing diam-diam, menikmati bau pesingnya dalam kesedihan yang tak terperikan.

Tuhan sering hadir tak seperti persangkaan kita. Tuhan sering menyelinap menggoda. Kita yang harus membuka mata dan hati lebar-lebar agar kehadiran-Nya dalam hidup kita tak sia-sia. Kita bilangnya muslim, atau mukmin bahkan pemuka agama, membaca Qur'an fasih dan ber-umroh puluhan kali. Tapi saat Tuhan menengadahkan tangan, kita tak paham malah menyapa,"Maaf tak punya uang recehan..."

Tuhan tak marah saat kita nilai lebih rendah dari recehan. Tapi alam semesta yang tak rela. Ketika Sang Pencipta tak disapa dengan cinta, maka Iapun pergi membawa kasih sayang-Nya. Dibiarkannya hamba yang tak peduli, yang tak menyapa, yang tak terbuka hatinya. Dibiarkannya dalam kesulitan hidup yang ia ciptakan sendiri, karena egoisme yang tumbuh dari keserakahan hatinya.

"Mengapa tak Kau jawab doa-doa kami ya Tuhan yang Maha Pengasih? Mengapa tak Kau selamatkan kami dari pemimpin yang dholim? Mengapa tak Kau tunjukkan jalan kami dengan cahaya-Mu? Mengapa Kau tinggalkan kami dalam masalah besar yang tak mampu kami selesaikan?"

Bagaimana doa kita akan didengar kalau saat Ia menyapa kita selalu membuang muka?

0 comments: