Footer 1

2011/09/15

Kejernihan di Tengah Kegaduhan

Image pinjem dari http://blue4tomorrow.files.wordpress.com/2011/03/clear_cut_light_by_callu.jpg

Dalam hidup kita, banyak hal baik yang kita tahu persis akan besar manfaatnya untuk dikerjakan tapi tidak juga kita kerjakan. Atau kita kerjakan sebentar lalu terhenti karena kesibukan, keperluan lain, tak ada waktu dan gangguan-gangguan lainnya yang membuat aktivitas yang baik itu tak bisa kita kerjakan secara kontinyu.

Misalnya: sholat tepat waktu jamaah, olah raga rutin, merenung, puasa senin kamis, sedekah, membaca buku, minum air putih yang cukup, dan sebagainya. Oya satu lagi: menulis alias ngeblog. Sejak mulai ada facebook dan twitter, rasanya memang waktu banyak tersita untuk dua hal itu, apalagi dengan adanya mobile internet via blackberry yang makin memudahkan untuk akses online. Makin mudah aksesnya, jadi makin sering aksesnya. Makin jauhlah dari kemungkinan menulis dengan tenang dan jernih.

Tapi saya mengamati satu kecenderungan yang bisa jadi kelemahan atau kekuatan, twitter dan status facebook menghasilkan respon atas pemikiran kita yang pendek (140 karakter), seringkali respon interaktif itu yang membuat asyik, menenggelamkan saya untuk menyingkat pemikiran-pemikiran yang pendek, singkat, padat sekaligus mulai menjadi tembok yang menghalangi otak ini untuk mau menggali sedikit lebih ke dalam dan menuangkannya menjadi pemikiran yang komprehensif, deep dan utuh.

Dan alarm di kepala saya terus berdenging, mengingatkan bahwa cara-cara yang singkat dan gaduh lewat twit dan update status di facebook itu tak akan mampu mengajak para follower dan teman-teman online untuk merenung dan menyesapkan makna yang lebih mendalam, yang lebih, di situlah peran tulisan di blog yang tak bisa tergantikan. 

Bahkan jika ingin lebih khusyuk lagi untuk berkomunikasi dengan hati, seringkali buku berbasis kertas lebih bisa menjaga keintiman komunikasi antara penulis dan pembacanya, tak terdistorsi dengan gangguan dari situs-situs lain yang terbuka pada waktu bersamaan.

Image pinjem dari: http://1.bp.blogspot.com/_6J2JrfZe8kE/TMPBNY3JOMI/AAAAAAAAAfg/sCRcfHSvRPI/s640/tetesan-jernih.jpg 

Pagi ini, kesadaran untuk memulai hal-hal baik itu muncul kembali, seolah bangun dari tidurnya yang mungkin juga tak nyenyak. Saya tak merasa terbebani harus menulis, karena memang bukan kewajiban saya. Tak ada yang marah jika saya tak menulis di blog ini, ah tapi memang ada yang sering mengingatkan saat tak ada tulisan baru selama berminggu-minggu. Jadi bukanlah kewajiban yang mendorong saya mengetik lagi tapi kesadaran untuk membongkar tembok itu, mensinergikan kejernihan berfikir dan berkomunikasi secara interaktif. Toh twitter dan facebook bisa menjadi jembatan agar lebih banyak calon pembaca berkunjung ke blog ini. Kualitas materi tulisan dan keunikan isu yang diangkat jadi topik tulisanlah yang akan membuat para pembaca mau berlama-lama berkunjung atau melakukan kunjungan ulang esok hari.

Hal-hal baik jangan dikerjakan makbreg sekaligus, nanti berat dan kita akan hilang semangat. Sedikit-sedikit saja yang penting kontinyu dan kita bisa bahagia menjalaninya dan merasa makin bersemangat setiap kali memulainya lagi. Saya pamit dulu untuk sementara, saya akan kembali. Menyapa bagian terdalam diri saya, untuk saya bagikan kepada Anda semua pengunjung blog ini yang lama tak saya sapa dengan inspirasi jernih, yang semoga menjernihkan di tengah kabut pemberitaan media massa yang mengaburkan benar salah.

Walaupun mungkin hujan masih mengguyur di luar, hawa dingin mendekap, tapi kita bisa teruskan untuk berkarya dan berbuat baik. Bukan karena harus, tapi karena kita bahagia mengerjakannya. Dan orang lain menjadi lebih bahagia karenanya.

0 comments: