Dewasa ini hampir seluruh lapisan masyarakat mengenal penyedap makanan. Penyedap-penyedap makanan ini selalu memenuhi rak-rak supermarket, dan tak jarang pula hadir di iklan-iklan televisi. Salah satu bahan penyedap rasa yang kerap dikonsumsi masayarakat adalah monosodium glutamate (MSG) atau biasa disebut mechin atau vetsin.
Menurut jurnal Chemistry Sense menyebutkan, pada tahun 1908, Kikunae Ikeda, seorang professor Universitas Tokyo, menemukan kunci kelezatan makanan pada kandungan asam glumat. Penemuan ini melengkapi 4 jenis rasa sebelumnya yaitu manis, asam, pahit, dan asin.
Sejak itu, Jepang memproduksi asam glumat melalui ekstraksi dari bahan alamiah. Tetapi karena permintaan pasar terus melonjak, pada tahun 1956 ditemukan cara produksi L-glutamic acid melalui fermentasi. Dan sekarang monosodium glutamate dibuat dari hasil fermentasi zat tepung dan tetes dari gula beet atau gula tebu. Masih menurut jurnal Chemistry, monosodium glutamat sendiri sebenarnya tidak memiliki rasa. Tetapi bila ditambahkan kedalam makanan, akan terbentuk asam glutamate bebas yang ditangkap reseptor khusus di otak yang memberikan sinyal bahwa makanan tersebut menjadi lebih lezat dan gurih. Sebelum tahun1956, MSG digunakan oleh golongan masyarakat ibu rumah tangga dan restoran di
Seperti kita tahu, monosodium glutamate adalah garam natrium (sodium) dari asam glutamate (salah satu asam amino non-esensial penyusun protein) yang secara alami terdapat pada semua bahan makanan yang mengandung protein. Misalnya saja keju, susu, daging, ikan dan sayuran. Sebenarnya glutamate juga diproduksi oleh tubuh manusia dan sangat diperlukan untuk metabolisme tubuh dan fungsi otak. Setiap orang rata-rata memerlukan 11 gr glutamate setiap hari yang didapat dari sumber protein alami. Sedangkan monosodium glutamate yang terkandung dalam penyedap makanan merupakan MSG buatan. Yang dijual dalam bentuk kristal halus berwarna putih, mirip dengan gula pasir atau garam dapur. MSG buatan inilah yang disinyalir dapat memberikan efek negative bagi tubuh manusia.
Di new England, Journal of Medicine pernah melporkan tentang keluhan beberapa gangguan setelah makan di restiran
Sedangkan kelompok kedua adalah penderita asma, yang mengeluh meningkatnya serangan setelah mengkonsumsi MSG. Munculnya keluhan terutama setelah mengkonsumsi sekitar 0,5 g -2,5 g MSG.
Sebenarnya kadar 1 gr garam dapur (Natrium/Sodium) setara dengan 3 gr (1 sendok the) MSG. jika 1 gr garam sudah dapat membuat 1 mangkok bakso terasa asin sebaliknya 3 gr MSG tidak terasa asi tetapi malah terasa gurih dan lezat. Masyarakat kita cenderung menambahkan garam dan msg secara bersamaan kedalam masakannya. Hal inilah yang menyebabkan Hipertensi.
Hipertensi adalah akibat mengkonsumsi Monosodium atau Natrium ion-nya. Sekalipun tidak mengkonsumsi garam, tapi jika masakan dibumbui dengan MSG, maka berarti masakan tersebut sudah mengandung Monosodium atau Natrium yang berasal dari MSG/Vetsin tersebut.
Selain itu MSG disinyalir bersifat mutagenic (penyebab kelainan genetic) dan karsinogenik (penyebab kanker) jika MSG tersebut ter[each menjadi 2 zat yang berbeda dari induknya, yaitu glutanic pyrlosied 2 (Amino-methyl dipyrido imidazol) dan Glutanic pyrlosied 2 (Amino dipyrido imidazole). Dan MSG ini akan terpecah menjadi 2 zat yang berbeda jika mengalami pemanasan, seperti digoreng dengan minyak, cara deep friend atau alat pressure cooker.
Demi kesehatan tubuh dan anak-anak, hindari penggunaan MSG secara berlebihan dalam masakan atau makanan. Jika memang diperlukan, pengganti MSG biasanya adalah YEAST EXTRAC (ekstrak khamir) atau maromi (hasil permentasi kedelai) atau bubuk kecap, tabi sebaiknya penyedap makanan diganti dengan garam dan gula atau tidak memakai sama sekali.
0 comments:
Posting Komentar