Footer 1

2008/05/21

AIR HEKSAGONAL


Air merupakan salah satu unsure penting dalam kehidupan. Banyak sekali manfaat yang bias diambil darinya. Tubuh sendiri memerlukan asupan air kurang lebih 2-2,5 liter (8-10gelas) per hari. Maka dari itu, apabila saupan air ini berkurang, bias berakibat fatal, karena air merupakan bagian terbesar dari komposisi tubuh kita. Terdapat hubungan yang sangat erat antara kualitas dan kandungan air dalam tubuh dengan respon tubuh kita. Bila kadar air menurun, maka kondisi tubuh kita juga menurun. Maka sebaiknya terdapat keseimbangan antara banyaknya air yang keluar dari tubuh kita, agar tubuh terasa fit dan segar setiap hari.

Kebutuhan air tak pernah terlewatkan setiap harinya, mencetuskan bermacamide bagi para pengusaha air minum untuk lebih meningkatkan produksi air minumnya dngan mengeluarkan berbagai macam produk air minum. Salah satu diantaranya adalah “AIR HEKSAGONAL”, yaitu air minum yang mengandung O2 (oksigen). Minuman semacam itu, kini ranai dijual diberbagai took,pasar dan swalayan. Konon air tersebut dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Lalu seberapa nyatakah kehebatan air tersebut jika dikonsumsi manusia?.

Dr. Septelia Inawati Wanandi, bagian Biokimia dan Biologi molekuler Fakultas Kedikteran UI, mencoba menjawabnya dari logika ilmiah dasar. Air beroksigen tetap mempunyai susunan molekul yang berbeda dengan air heksagonal. Kesamaan keduanya adalah sama-sama mencoba menyuguhkan air dengan kandungan oksigen lebih banyak dari air biasa. “Namun, pada kedua macam air itu kelarutan oksigen tambahan didalamnya akan mudah terlepas. Ada toleransi suhu tertentu, setidaknya sampai diatas suhu ruangan, oksigen terlarut mudah lepas. Kalau lepas, ya lalu menjadi air biasa kembali,” kata Septalia. Dari keterangan diatas, dapat dikatakan bahwa; jika air heksagonal ini diminum dalam suhu normal, ternyata jumlah oksigenyang terlepasnya tetap besar, dan oksigen terlarut ini terlepasnya ketika memasuki tubuh. Ini mirip ketika kita sedang bersendawa setelah minum air bicarbinat. Septelia juga menuturkan,” Air yang didingikan hingga suhu dibawah 4 derajat celcius hingga menjadi es, volumenya lebih besar ketimbang air minum dalam kondisi cair”. Hal ini terjadi karena molekul-molekul air tersebut dalam keadaan cair bergerak liar tak beraturan, namun ketika berwujud padat, seperti es atau salju, molekul-molekul tersebut bertingkah laku lebih beradab dalam dalam susunan rapi atau tertib. Keteraturan ini dapat diamati ketika setiap enam molekul air saling bergandebgan membentuk susuna heksagonal (segi enam).

Mengkonsumsi oksigen dalam jumlah yang berlebihan juga tidak baik untuk tubuh. Hal ini dikarenakan, oksigen adalah unsur yang berperan dalam proses oksidasi yang menghasilkan radikal bebas, sedanglan manusia sendiri tidak lepas dari radikal bebas, karena manusia membutuhkan proses metabolisme, dimana proses metobolisme ini merupakan proses oksidasi. Sehingga sevara otomatis, tubuh kita memproduksi anti oksidan sendiri (antioksidan endogen).

Radikal bebas ini sendiri merupakan molekul oksigen yang kesepian, sebab atom pada orbit terluarnya terdapat elektron yang tidak punya pasangan. Hal ini membuat molekul menjadi liar, dan akan mencari pasangan dengan merampok elektron molekul lain dari berbagai sel tubuh. Keradikalan berantai terjadi karena molekul yang dirampok ikut merampas elektron molekul lain.kondisi inilah yang membuat sel-sel tubuh menjadi rusak.

Sebenarnya bentuk molekul air dalam keadaan normal seperti huruf V. Secara alamiah, kandungan oksigen dalam air biasa masih rendah. Kemajuan ilmu pengetahuan membuat kadar oksigen air dipaksa meningkat. Namun begitu air berubah menjadi es, bentuknya akan tertata rapi dan muncul rongga-rongga. Ini membuat oksigen terjebak masuk didalamnya. Teknik inilah yang digunakan produsen untuk meningkatkan kadar oksigen dalam air. Secara teori, kandungan oksigen dalam air mendatangkan manfaat positif bagi tubuh. Namun teknologi ini masih menyimpan pertanyaan besar, apakah benar oksigen yang terlarut dalam air masih dapay bertahan hingga bisa diserap usus? Salah seorang yang melakukan penelitian tentang penyerapan air beroksigen dalam usus adalah Prof. Dr. Olaf Adam dari lembaga farmakologi dan toksikologi Walter Straub Universitas Ludwing-Maximillian, Munich, Jerman. Hasilnya, asal kadar 80 ppm dan diberikan percobaan pada kelinci, ternyata dapat meningkatkan oksigen dalam darah. Tapi percobaan ini belum dilakukan pda manusia. Sementara itu, dokter dari Bagian Rehabilitasi Medis RS Ciptomangunkusumo Jakarta, Yayat Hidayat, menyebutkan, konsumsi air heksagonal sebenarnya sudah sangat diperlukan, bagi mereka yang ingin memurnikan bagian tubuhnya. Pasalnya, bagian dalam tubuh manusia, kini semakin menjadi asam, disamping kebiasaan menusia mengkonsumsi makanan berlemak, asap rokok, sayuran berbahan kimia, dll. “Ini mengakibatkan kandungan air heksagonal yang sejak lahir sudah ada pada tubuh manusia, kemudian menjadi semakin berkurang. Jika persentasenya sudah mencapai 50%, maka secara teori manusia yang bersangkutan sudah meninggal,”katanya. Sedangkan Zeily Nurachman dari Jurusan Kimia ITB menegaskan pentingnya air heksagonal hanya bagi penderita penyakit.

Jadi pemberian air minum beroksigen tinggi pada orang berpenyakit, sangat direkomendasikan. Sebaliknya, pada kasus orang sehat, pasokan oksigen dapat mencapai jaringan yang terjauh sehingga memakai air beroksigen tinggi adalah mubazir. (Berbagai Sumber)

0 comments: