Footer 1

2008/11/09

Doa Untuk Imam Samudera, Amrozi, Mukhlas


Kabar itu akhirnya datang. Trio bomber Bali telah dieksekusi kemarin malam jam 00.15. Serangkaian kontraversi atas proses persidanganpun berakhir. Seiring letusan peluru yang mengoyak dada dan menembus jantung, semoga dendam dan kebencian yang mewarnai bangsa ini, para korban dan saudara korban bom di Bali, rakyat Australia: semua luruh dan pergi mengangkasa bersama terbitnya mentari hari minggu ini.

Sebagai seorang muslim yang sangat percaya bahwa setiap perjuangan untuk menegakkan syiar Islam jalan terbaiknya adalah melalui Rahmatan lil 'Alamien: tak ada sedikitpun perjuangan kekerasan tanpa cinta yang diusung Amrozi cs yang bisa saya setujui. Karena Islam adalah agama penyebar damai, yang bahkan nabi Muhammad pun malah mendoakan orang-orang yang telah melemparinya dengan batu agar beroleh Rahmat Allah.

Nabi junjungan kita juga telah memberi tauladan keindahan yang sungguh luar biasa. Saat ada serombongan mengangkat keranda berisi mayat untuk dikuburkan, Nabi berdiri menghormati. Sahabat berkata," Ya Rasul, yang meninggal itu orang Yahudi. Mengapa engkau menghormatinya, bukankah mereka adalah musuh agama Allah?"

Sang Rasul Agung dengan tenang menjawab,"Bukankah Yahudi itu manusia juga seperti kita, sehingga dia juga adalah sesama hamba Allah yang wajib kita hormati?"

Rasul adalah manusia luhur seluhur-luhurnya. Dan kebijaksanaannya bergaung melewati abad demi abad.

Di saat pertama kali saya mendengar pagi ini bahwa di Batu Nusakambangan ada 3 orang hamba Allah yang dipanggil menghadapnya, saya pun tercenung. Mereka menghadapi regu tembak dengan mata terbuka, tanpa penutup. Dan mereka bukan pahlawan, seperti Robert Wolter Mongisidi yang dieksekusi oleh Belanda saat jama perjuangan dulu. Mereka hanyalah orang-orang yang memang harus bertanggung jawab atas tindakannya yang di luar kepantasan, kekejamannya yang merenggut jiwa-jiwa tak bersalah. Mereka meninggal sebagai pesakitan, di ujung senapan hukum dan keadilan.

Pagi ini, saya berdoa agar jiwa-jiwa para pembom yang kita menyebutnya teroris itu bisa beristirahat dengan tenang dan kepergian mereka menghadap-Nya tak menyeret serangkaian dendam yang tidak perlu. Saya percaya, akhir hidup di dunia bukanlah akhir segalanya. Pertanggungjawaban itu masih akan menunggu di akhirat, dimana keadilan tegak setegak-tegaknya.

Selamat jalan Imam Samudera, Amrozi, Mukhlas. Semoga kalian semua menjadi generasi terakhir dari umat Islam yang percaya bahwa kekerasan akan membawa damai. Semoga tak ada lagi yang mengikuti jejak kalian sebagai fatalis, karena sesungguhnya jalan jihad terbuka 1001 macamnya dan tak satupun yang memerlukan jatuhnya korban tak bersalah. Semoga hidup yang telah kalian jalani membuka tabir dan keindahan Islam sebagai agama penyebar damai.

Hanya dengan itu, ada setitik cahaya yang hadir bersama kepergian kalian menghadap Allah. Dan dengan setitik cahaya itu, semoga Allah mengampuni kesalahan kalian dan menyayangi semua korban bom bali, sanak saudaranya dan kita semua sebagai bangsa.

Semoga umat Islam dimanapun di seluruh dunia bisa bercermin dengan cermin buram dan retak ini. Kesalahan akan tetap menjadi sekedar kesalahan jika kita tak mau mengambil hikmahnya. Trio bomber dan segenap keyakinannya telah pergi dan meninggalkan kepada kita pelajaran hidup yang sungguh berharga. Sebagai sesama hamba Allah, sepotong doa untuk mereka telah saya panjatkan demi kedamaian yang lebih panjang untuk kita nikmati sepeninggalnya.



0 comments: