I. PENDAHULUAN
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk bersikap profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan profesional (MPKP) yang memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Menurut Hoffart dan Woods (1996 dalam Sudarsono, 2000) menyimpulkan bahwa model PKP terdiri dari nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model PKP, hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan dan sistem kempensasi dan penghargaan
Praktek keperawatan profesional diawali dengan adanya kerjasama antara Fakultas Ilmu Keperawatan UI dengan RSUPN Cipto Mangunkusumo, RS Persahabatan, RS Marzoeki Mahdi Bogor, dengan mengembangkan MPKP yang bertujuan meningkatkan mutu asuhan keperawatan melalui penataan system pemberian asuhan baik struktur, proses dan nilai-nilai profesional yang diyakini dalam memberikan asuhan keperawatan. Melalui model ini dapat diterapkan rencana kebutuhan tenaga keperawatan secara profesional, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan, cara pendokumentasian asuhan keperawatan dan ruang MPKP dapat digunakan sebagai tempat belajar bagi mahasiswa keperawatan untuk pendidikan profesional.
II. PENGERTIAN MODEL PELAYANAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
Model Pelayanan Keperawatan Profesional (MPKP) diartikan sebagai suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan yang diperlukan untuk menopang pemberian asuhan keperawatan tersebut.
Model pelayanan keperawatan profesional merupakan suatu model yang memberi kesempatan kepada perawat profesional untuk menerapkan otonominya dalam mendesain, melaksanakan dan mengevaluasi pelayanan/asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien. Model PKP terdiri lima subsistem yaitu: nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model MKP, hubungan antar profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan, system kompensasi dan penghargaan (Hoffart & Woods, 1996, dalam Sudarsono, 2000).
Pengembangan model PKP merupakan hal yang sangat penting dalam mewujudkan kontribusi profesi keperawatan untuk meningkatkan mutu pelayanan/asuhan keperawatan. Melalui pengembangan model PKP, masyarakat dapat melihat secara konkrit pemberian pelayanan keperawatan secara profesional.
Hasil penerapan model PKP di RSUPN Cipto Mangunkusumo yang telah dilaksanakan sejak tahun 1997 berdasarkan SK direktur Nomor: 2093/TU.K/34/VII1996, pada tahun pertama tahap persiapan, menunjukkan adanya kerjasama yang baik antara dokter dan perawat, persepsi perawat primer menunjukkan adanya kerjasama otonomi dalam memberikan asuhan keperawatan, persepsi perawat asosiet menujukkan bahwa mereka mengetahui tugas lebih jelas dan adanya peningkatan dalam keinginan untuk belajar. Pasien juga mengatakan lebih diperhatikan oleh perawat, adanya kegiatan-kegiatan riset dalam keperawatan pada tingkat ruang rawat (Sitorus,R, 2006).
III. JENIS MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Menurut Sudarsono (2000), berdasarkan pengalaman mengembangkan model PKP dan masukan dari berbagai pihak perlu dipikirkan untuk mengembangkan suatu model PKP yang disebut Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (PKPP).
Ada beberapa jenis model PKP yaitu:
A. Model Praktek Keperawatan Profesional III
Melalui pengembangan model PKP III dapat berikan asuhan keperawatan profesional tingkat III. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan doktor dalam keperawatan klinik yang berfungsi untuk melakukan riset dan membimbing para perawat melakukan riset sera memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan
B. Model Praktek Keperawatan Profesional II
Pada model ini akan mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat II. Pada ketenagaan terdapat tenaga perawat dengan kemampuan spesialis keperawatan yang spesifik untuk cabang ilmu tertentu. Perawat spesialis berfungsi untuk memberikan konsultasi tentang asuhan keperawatan kepada perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer pada area spesialisnya. Disamping itu melakukan riset dan memanfaatkan hasil-hasil riset dalam memberikan asuhan keperawatan. Jumlah perawat spesialis direncanakan satu orang untuk 10 perawat primer (1:10)
C. Model Praktek Keperawatan Profesional I.
Pada model ini perawat mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat I dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan yang digunakan pada model ini adalah kombinasi metode keperawatan primer dan metode tim disebut tim primer
D. Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula
Model Praktek Keperawatan Profesional Pemula (MPKPP) merupakan tahap awal untuk menuju model PKP. Model ini mampu memberikan asuhan keperawatan profesional tingkat pemula. Pada model ini terdapat 3 komponen utama yaitu: ketenagaan keperawatan, metode pemberian asuhan keperawatan dan dokumentasi asuhan keperawatan
IV. NILAI PRAKTEK KEPERAWATAN
MPKP merupakan model praktek keperawatan profesional yang mewujudkan nilai-nilai profesional. Nilai-nilai profesional yang diterapkan pada MPKP adalah:
A. Pendekatan Manajemen ( Management Approach )
B. Penghargaan karir ( compensatory rewards )
C. Hubungan Profesional ( professional relationship)
D. Sistem pemberian asuhan pasien ( patient care delivery system )
A. PENDEKATAN MANAJEMEN ( MANAGEMENT APPROACH )
Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan ) merupakan salah satu nilai profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan profesional. Pendekatan manajemen yang digunakan dalam pengelolaan keperawatan diruang MPKP meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan serta pengendalian.
- Fungsi Perencanaan
Perencanaan merupakan rincian kegiatan tentang apa, bagaimana masing-masing dan dimana kegiatan akan dilaksanakan.
Perencanaan diruang MPKP adalah kegiatan perencanaan yang melibatkan seluruh perawat ruang MPKP mulai dari kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim/perawat pelaksana. Perencanaan yang disusun oleh perawat yang terlihat di ruang MPKP disesuaikan dengan peran dan fungsi masing-masing. Perencanaan yang diterapkan adalah rencana harian, mingguan dan bulanan.
Tabel 1
Kegiatan perencanaan diruang rawat
No | Jenis Perencanaan | Penanggung jawab |
1. | Rencana Harian | Kepala ruangan, ketua tim/perawat primer, perawat asosiet/perawat pelaksana |
2. | Rencana Mingguan | Kepala ruangan, ketua tim/perawat primer |
3. | Rencana Bulanan | Kepala ruangan |
a. Rencana Harian
Rencana harian adalah rencana aktifitas pada tiap shift oleh perawat asosiet/perawat pelaksana, perawat primer/ketua tim dan kepala ruangan.
1) Rencana Harian Perawat Pelaksana
Perawat pelaksana akan membuat rencana yang ditujukan pada tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya.
Tabel 2
Rencana kegiatan harian perawat assosiet/perawat pelaksana
Nama perawat : Ruangan : Tanggal :
Nama Pasien :
1. 4.
2. 5.
3. 6.
WAKTU | KEGIATAN | KET | ||
07.30 | 13.30 | 20.30 | Operan Pre Conference (jika 1 tim > 1 orang ) Memberi obat pasien ( pasien sendiri ) | |
08.00 | 15.00 | 22.00 | Pasien 1 :....................................... ( tindakan ) Pasien 2 :....................................... ( tindakan ) Pasien 3 :....................................... ( tindakan ) | |
09.00 | 16.00 | 23.00 | Pasien 4 :....................................... ( tindakan ) Pasien 5 :....................................... ( tindakan ) Pasien 6 :....................................... ( tindakan ) | |
10.00 | 17.00 | 24.00 | Mengukur Tanda-tanda Vital Pasien 1 :....................................... ( tindakan ) Pasien 2 :....................................... ( tindakan ) Pasien 3 :....................................... ( tindakan ) | |
11.00 | 18.00 | 06.00 | Pasien 4 :....................................... ( tindakan ) Pasien 5 :....................................... ( tindakan ) Pasien 6 :....................................... ( tindakan ) | |
12.00 | 19.00 | 07.00 | Memberi obat pasien ( pasien sendiri ) Istirahat | |
13.00 | 20.00 | | Dokumentasi keperawatan | |
14.00 | 21.00 | 08.00 | Operan Post conference ( jika 1 tim > 1 orang ) | |
Rencana kegiatan harian Perawat Pelaksana/Assosiet ( PP/PA ) pada shift sore dan malam agak berbeda jika hanya 1 (satu) orang dalam satu tim. Perawat tersebut akan berperan sebagai ketua tim dan PA/PP, sehingga tidak ada kegiatan pre dan post conference.
2) Rencana harian ketua tim
Isi rencana harian ketua tim adalah penyelenggaraan asuhan keperawatan pada pasien di timnya, melakukan supervisi perawat pelaksana untuk menilai kompetensi secara langsung dan tidak langsung, serta on the job trainning yang dirancang, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya yang merawat pasien dalam timnya. Ketua tim sebaiknya hanya dinas pagi, karena pada pagi hari banyak kegiatan atau tindakan yang dilakukan dan merencanakan kegiatan sore dan malam.
Tabel 3
Rencana Harian Ketua Tim / Perawat Primer
Nama perawat : Ruangan : Tanggal :
Nama Pasien :
1. 4.
2. 5.
3. 6.
WAKTU | KEGIATAN | KET |
07.30 | Operan Pre Conference Memberi obat pasien ( pasien sendiri ) | |
08.00 | Pasien 1 :................................................ ( tindakan ) Pasien 2 :................................................ ( tindakan ) Pasien 3 :................................................ ( tindakan ) | |
09.00 | Supervisi perawat (dapat diatur sesuai kondisi dan kebutuhan ) Perawat 1 : ................................................. ( nama ) ............................................................... ( tindakan ) Perawat 2 : ................................................. ( nama ) ............................................................... ( tindakan ) | |
10.00 | Mengukur Tanda-tanda Vital Pasien 1 :.................................................................. Pasien 2 :.................................................................. | |
11.00 | Pasien 1 :................................................ ( tindakan ) Pasien 2 :................................................ ( tindakan ) | |
12.00 | Memberi obat pasien ( pasien sendiri ) Istirahat | |
13.00 | Dokumentasi dan supervisi pendokumentasian yang dibuat perawat pelaksana | |
14.00 | Operan | |
3) Rencana harian kepala ruangan
Isi kegiatan harian kepala ruangan meliputi semua kegiatan yang dilakukan oleh seluruh SDM yang ada di ruangan dalam rangka menghasilkan pelayanan asuhan keperawatan yang berkualitas. Kepala ruangan harus mengetahui kebutuhan ruangan dan mempunyai hubungan keluar dengan unit yang terkait untuk memenuhi kebutuhab tersebut. Demikian pula dengan asuhan keperawatan, kepala ruangan sebagai narasumber utama atau konsultan untuk menjamin terlaksananya asuhan keperawatan pada semua tim di ruangan.
Tabel 4
Rencana Harian Kepala Ruangan
Nama perawat : Ruangan : Tanggal :
Jumlah Perawat : Jumlah Pasien :
WAKTU | KEGIATAN | KET |
07.30 | Operan Pre Conference Mengecek SDM, fasilitas, pasien | |
08.00 | Mengecek kebutuhan pasien ( pemeriksaan, kondisi, dll.) | |
09.00 | Melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus | |
10.00 | Melakukan supervisi kepada ketua tim Ketua tim I : .................................................. ( Nama ) ....................................................................... ( Tindakan ) Ketua tim II : ................................................ ( Nama ) ...................................................................... ( Tindakan ) | |
11.00 | Melakukan supervisi kepada perawat pelaksana Perawat 1 :.......................................... ( Nama, Tindakan ) Perawat 2 :........................................... (Nama, Tindakan ) | |
12.00 | Hubungan dengan bagian lain terkait Rapat-rapat terstruktur/insidentil | |
13.00 | Mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan yang belum teratasi Memepersiapkan dan merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore, malam dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien Istirahat | |
14.00 | Operan Post conference | |
b. Rencana Bulanan
Ketua tim dan kepala ruangan membuat rencana bulanan berhubungan dengan peningkatan asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan.
1) Rencana Bulanan Kepala Ruangan
Setiap akhir bulan kepala ruangan melakukan evaluasi hasil ke empat pilar atau nilai MPKP dan berdasarkan hasil evaluasi tersebut, kepala ruangan akan membuat rencana tindak lanjut dalam rangka peningkatan kualitas hasil. Dalam fungsi perencanaan, kepala ruangan membuat laporan tentang evaluasi rencana harian yang dibuat oleh ketua tim dan perawat pelaksana.
Table 5
Rekapitulasi Rencana Harian Perawat
Ruang : ............................................. Bulan : .............................................
No | Perawat | Jumlah | Yang Membuat Rencana Harian | % | Yang Tidak Membuat Rencana Harian | % |
1 | Kepala Ruangan | | | | | |
2 | Ketua Tim | | | | | |
3 | Perawat Pelaksana | | | | | |
Rencana Tindak Lanjut : |
2) Rencana bulanan ketua tim
Setiap akhir bulan ketua im melakukan evaluasi tentang keberhasilan kegiatan yang dilakukan didalam tim nya yaitu askep dan kinerja perawat pelaksana. Berdasarkan hasil tersebut, dibuat rencana tindak lanjut untuk perbaikan pada bulan berikutnya. Ketua tim membuat laporan evaluasi rencana kegiatan harian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh perawat pelaksana dan melaporkan hasil audit asuhan keperawatan serta melakukan perbaikan asuhan keperawatan dengan merencanakan diskusi langsung.
2. Pengorganisasian
a. Pengorganisasian tenaga
Pengorganisasian diruangan MPKP menggunakan pendekatan sistem/metode penugasan tim dan SDM perawat diorganisasikan dengan menggunakan metode penugasan perawat primer dan tim keperawatan yang dimodifikasi. Perawat dibagi dalam tim sesuai dengan jumlah pasien diruangan. Jumlah pasien untuk tiap tim 8-10 orang, dan jumlah perawat antara 6-10 orang, untuk itu akan dibuat struktur organisasi daftar dinas dan daftar pasien.
1) Struktur Organisasi
Bagan 1
Struktur Organisasi Ruangan......
2) Daftar Dinas Ruangan disusun berdasarkan tim
Tabel 6
Jadwal Dinas Ruangan.......
No | Nama | Senin | Selasa | Rabu | Kamis | Jumat | Sabtu | Minggu |
1. | Harti (Kalak) | P | | | | | | |
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. | TIM I | P P M S M S L | | | | | | |
9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. | TIM II | P P M S M S X | | | | | | |
| Pagi | | | | | | | |
| Sore | | | | | | | |
| Malam | | | | | | | |
3) Daftar Pasien
Daftar pasien adalah daftar semua pasien yang menjadi tanggung jawab tiap kelompok selama 24 jam. Secara individu, setiap pasien mempunyai perawat yang bertanggung jawab secara total selama dirawat dan juga setiap shift dinas. Hal ini menggambarkan tanggung jawab dan tanggung gugat perawat atas asuhan keperawatan pasien sehingga terwujudlah perawatan pasien yang holistik. Daftar pasien juga memberi informasi bagi kolega kesehatan lain dan keluarga untuk berkolaborasi tentang perkembangan dan perawatan pasien. Daftar pasien ruangan diisi oleh katim sebelum operan dengan dinas berikutnya. Contoh daftar pasien dapat dilihat pada tabel 7 dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan.
Tabel 7
Daftar Pasien Ruangan....
No | Nama Pasien | Dokter | Perawat Primer / Ketua tim | PA/PP | 22-11-07 | 23-11-07 | 24-11-07 |
Pagi | Sore | Malam | |||||
1 2 3 4 5 6 7 | TIM I Sunaryo Mira Alice Nia Tono Juju | Dr. Ari Dr. Ari Dr. Ria Dr. Ari Dr. Ria Dr. Ria | Sri Sri Sri Sri Sri Sri | Yuni Tini Yono Uli Franka Nathan | Yuni Yuni* Yono Yono* Sri* Sri* | Tini* Tini Uli* Uli Nathan* Nathan | Franka* Franka* Franka* Franka* Franka Franka* |
| TIM II | | | | | | |
Menurut jadual dinas tanggal 22 November 2007, dinas pagi Yuni, Yono & Sri, mereka akan merawat pasien yang dialokasikan kepada mereka serta peasien yang perawatnya dinas sore atau malam. Contoh : Yuni dinas pagi mempunyai pasien sendiri yaitu Sunaryo dan pasien tambahan yaitu Mira (pasien perawat Tini). Yuni bertanggung jawab penuh terhadap pasiennya sendiri (Sunaryo) dan bertanggung jawab untuk shift pagi terhadap pasien Mira (pasien Suster Tini). Yono mempunyai pasien sendiri yaitu Alice dan Yono bertanggung jawab juga selama shift paginya terhadap pasien Nia (pasien suster Uli). Demikian juga dengan perawat yang lainnya, mereka bertanggung jawab terhdap pasien yang dialokasikan pada mereka serta pasien yang perawatnya dinas sore atau malam.
b. Klasifikasi Pasien
Pasien diklasifikasikan berdasarkan sistem klasifikasi yang dibagi dalam tiga kelompok berdasarkan tingkat ketergantungan klien :
1) Perawatan Total : klien memerlukan 7 jam perawatan langsung per 24 jam
2) Perawatan Parsial : klien memerlukan 4 jam perawatan langsung per 24 jam
3) Perawatan Mandiri: klien memerlukan 2 jam perawatan langsung per 24 jam
Penerapan sistem klasifikasi pasien dengan tiga kategori di atas adalah sebagai berikut :
1) Kategori I : Perawatan mandiri/self care
Kegiatan sehari-hari dapat dilakukan sendiri, penampilan secara umum baik, tidak ada reaksi emosional, pasien memerlukan orientasi waktu, tempat dan pergantian shift, tindakan pengobatan biasanya ringan dan sederhana.
2) Kategori II : Perawatan sedang/partial/intermediate care
Kegiatan sehari-hari untuk makan dibantu, mengatur posisi waktu makan, memberi dorongan agar mau makan, eliminasi dan kebutuhan diri juga dibantu atau menyiapkan alat untuk ke kamar mandi. Penampilan pasien sakit sedang. Tindakan perawatan pada pasien ini monitor tanda-tanda vital, periksa urin reduksi, fungsi fisiologis, status emosional, kelancaran drainase atau infus ]. Pasien memerlukan bantuan pendidikan kesehatan untuk mendukung emosi 5 – 10 menit/shift. Tindakan dan pengobatan 20 – 30 menit/shift atau 30 – 60 menit/shift dengan mengobservasi efek samping obat atau reaksi alergi.
3) Kategori III : Perawatan total/intensive care
Kebutuhan sehari-hari tidak bisa dilakukan sendiri, semua dibantu oleh perawat, penampilan sakit berat. Pasien memerlukan observasi terus menerus.
Petunjuk penetapan jumlah berdasarkan derajat ketergantungan :
1. Dilakukan 1 kali sehari pada waktu yang sama dan sebaliknya dilakukan oleh perawat yang sama selama 22 hari.
2. Setiap pasien dinilai berdasarkan kriteria klasifikasi pasien (minimal memenuhi tiga kriteria)
3. Kelompok pasien sesuai dengan klasifikasi tersebut dengan memberi tanda tally (I) pada kolom yang tersedia sehingga dalam waktu satu hari dapat diketahui berapa jumlah pasien yang ada dalam klasifikasi minimal, parsial dan total.
4. Bila hanya mempunyai satu kriteria dari hasil klasifikasi tersebut maka pasien dikelompokan pada klasifikasi di atasnya.
Tabel 8
Klasifikasi Pasien berdasarkan Derajat Ketergantungan
Kriteria ketergantungan | Jumlah pasien perhari sesuai kriteria | ||||||||||
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | dst | |
Perawatan minimal : 1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri 2. Makan dan minum dilakukan sendiri 3. Ambulasi dengan pengawasan 4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift 5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil 6. Pengobatan prosedur memerlukan pengobatan | | | | | | | | | | | |
Perawatan parsial : 1. Kebersihan diri dibantu, makan dan minum dibantu dilakukan sendiri 2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam 3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali 4. Folley kateter, intake ouput dicatat 5. Pasien dengan pasang infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur | | | | | | | | | | | |
Perawatan total : 1. Segalanya diberi bantuan 2. Posisi yang diatur, observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam 3. Makan memerlukanNGT, inravena terapi 4. Pemakaian suction 5. Gelisah/disorientasi | | | | | | | | | | | |
Jumlah total pasien per hari | | | | | | | | | | | |
Dalam satu penelitian Douglas (1975, dalam Sudarsono, 2000) tentang jumlah tenaga perawat di rumah sakit, didapatkan jumlah perawat yang dibutuhkan pada pagi, sore dan malam tergantung pada tingkat ketergantungan pasien seperti pada tabel berikut.
Tabel 9
Jumlah Tenaga Perawat yang Dibutuhkan pada Suatu Ruang Rawat
JUMLAH PASIEN | KLASIFIKASI PASIEN | ||||||||
MINIMAL | PARSIAL | TOTAL | |||||||
pagi | siang | malam | pagi | siang | malam | pagi | siang | malam | |
1 | 0.17 | 0.14 | 0.10 | 0.27 | 0.15 | 0.07 | 0.36 | 0.30 | 0.20 |
2 | 0.34 | 0.28 | 0.20 | 0.54 | 0.30 | 0.14 | 0.72 | 0.60 | 0.40 |
3 | 0.51 | 0.48 | 0.30 | 0.18 | 0.45 | 0.21 | 1.08 | 0.90 | 0.60 |
dst | | | | | | | | | |
Dari tabel diatas, dapat diambil contoh :
Suatu ruang rawat dengan 22 pasien (3 pasien dengan perawatan minimal, 14 pasien dengan perawat intermediet dan 5 pasien dengan perawatan total), maka jumlah perawat yang dibutuhkan:
a. Dinas pagi :
3 x 0,17 = 0,51
14 x 0.27 = 3,78
5 x 0,36 = 1,90
Jumlah 6,90 → 6 orang
b. Dinas siang
3 x 0,14 = 0,42
14 x 0.15 = 2.10
5 x 0,30 = 1,50
Jumlah 4,02 → 4 orang
c. Dinas malam
3 x 0,10 = 0,30
14 x 0.07 = 0,98
5 x 0,20 = 1,00
Jumlah 2,26 → 2 orang
Berdasarkan perhitungan diatas diketahui bahwa total jumlah kebutuhan perawat untuk dinas pagi, sore dan malam sebanyak 12 orang.
Pada ruang MPKP, penetapan jumlah perawat dilakukan dengan menghitung jumlah pasien berdasarkan derajat ketergantungan selama 1 (satu bulan) dan jumlah perawat yang dibutuhkan untuk setiap hari. Penetapan satu bulan diharapkan sudah dapat mencerminkan perubahan jumlah dan variasi pasien di ruang rawat tersebut.
Kepala ruangan mengalokasikan setiap pasien baru pada tim tertentu dengan mempertimbangkan beban kerja tim tersebut. Beban kerja dapat terkait dengan jumlah pasien dan tingkat ketergantungan pasien.
Tabel 10
Perkiraan Jumlah Kebutuhan Perawat
Di ruang.......... Berdasarkan Klasifikasi Pasien
Hari ke | Kualifikasi | Jumlah pasien | Jumlah kebutuhan perawat | Keterangan | ||||
Min | Int | Total | Pagi | Sore | Malam | |||
1 | 12 | 9 | 6 | 27 | 6.63 | 4.83 | 3.30 | |
2 | 14 | 8 | 3 | 25 | 5.62 | 3.06 | 2.56 | |
3 | 11 | 9 | 5 | 25 | 6.05 | 4.39 | 2.73 | |
4 | 9 | 11 | 7 | 27 | 7.02 | 5.01 | 3.07 | |
5 | 12 | 12 | 8 | 30 | 7.44 | 5.28 | 3.24 | |
6 | 13 | 6 | 11 | 30 | 7.90 | 6.02 | 3.92 | |
7 | 11 | 7 | 11 | 29 | 7.70 | 5.89 | 3.79 | |
8 | 8 | 10 | 11 | 29 | 8.02 | 5.92 | 3.70 | |
9 | 9 | 9 | 11 | 29 | 7.92 | 5.91 | 3.73 | |
10 | 12 | 7 | 9 | 28 | 7.17 | 5.88 | 3.49 | |
11 | 13 | 7 | 8 | 28 | 6.98 | 5.27 | 3.39 | |
12 | 13 | 7 | 7 | 27 | 6.62 | 4.97 | 3.19 | |
13 | 14 | 4 | 6 | 24 | 5.62 | 4.36 | 2.88 | |
14 | 9 | 10 | 8 | 27 | 7.11 | 5.16 | 3.10 | |
15 | 12 | 8 | 9 | 29 | 7.44 | 5.58 | 3.56 | |
16 | 16 | 6 | 7 | 29 | 6.68 | 5.84 | 3.42 | |
17 | 13 | 9 | 6 | 28 | 6.80 | 4.97 | 3.06 | |
18 | 15 | 9 | 6 | 30 | 7.40 | 5.25 | 3.30 | |
19 | 12 | 8 | 9 | 29 | 7.40 | 5.58 | 3.56 | |
20 | 9 | 6 | 14 | 29 | 8.19 | 6.36 | 4.12 | |
21 | 8 | 9 | 10 | 27 | 7.39 | 5.47 | 3.43 | |
22 | 9 | 12 | 7 | 28 | 7.29 | 5.16 | 3.14 | |
Rata - rata | 7.11 | 5.28 | 3.35 | |
Dari tabel diatas, dengan kapasitas tempat tidur 32 buah, diperlukan perawat sebagai berikut :
Jumlah kebutuhan perawat setiap hari = 7.11 + 5.28 + 3.35 = 15.74 → 16 orang
Libur/cuti = ± 5 orang
Jumlah tenaga yang dibutuhkan = 16 + 5 = 21 orang + kepala ruangan + 4 orang
perawat primer
= 26 orang
Uraian tugas perawat MPKP
1) Uraian tugas Kepala ruangan adalah sebagai berikut:
a) Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.
b) Mengorganisir pembagian tim dan pasien
c) Memberi pengarahan kepada seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
d) Melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan yang ada di ruangannya,
e) Memfasilitasi kolaborasi tim dengan anggota tim kesehatan yang lainnya,
f) Melakukan audit asuhan dan pelayanan keperawatan di ruangannya, kemudian menindaklanjutinya,
g) Mewakili MPKP dalam koordinasi dengan unit kerja lainnya,
2) Uraian tugas ketua tim/perawat primer:
a) Membuat rencana tahunan, bulanan, mingguan dan harian.
b) Mengatur jadual dinas timnya yang dikoordinasikan dengan kepala ruangan,
c) Melakukan pengkajian, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi asuhan keperawatan bersama-sama anggota timnya,
d) Memberi pengarahan pada perawat pelaksana tentang pelaksanaan asuhan keperawatan,
e) Melakukan kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya dalam pelaksanaan asuhan keperawatan,
f) Melakukan audit asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawab timnya,
g) Melakukan perbaikan pemberian asuhan keperawatan,
3) Uraian tugas perawat pelaksana:
a) Membuat rencana harian asuhan keperawatan yang menjadi tanggungjawabnya.
b) Melaksanakan asuhan keperawatan dengan melakukan interaksi dengan pasien dan keluarganya
c) Melaporkan perkembangan kondisi pasien kepada ketua tim.
3. Pengarahan
Pengarahan dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu program motivasi, manajemen konflik, dan supervisi. Program motivasi dimulai dengan membudayakan cara berfikir positif bagi setiap SDM dengan mengungkapkannya melalui pujian (reinforcement) pada setiap orang yang bekerja bersama-sama. Kebersamaan dalam mencapai visi, dan misi merupakan pendorong kuat untuk focus pada potensi masing-masing anggota.
MPKP merupakan pendekatan baru, maka kemungkinan menimbulkan konflik yang disebabkan oleh persepsi, pandangan dan pendapat yang berbeda. Untuk itu dilakukan pelatihan tentang sistem pelayanan dan asuhan keperawatan bagi semua SDM yang ada (MPKP). Selain itu dalam implementasi MPKP, Kepala subdepartemen keperawatan (Kasubdepwat), kepala ruangan (kalak) dan katim agar melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) untuk mencegah dan menyelesaikan konflik. Komunikasi yang terbuka diarahkan kepada penyelesaian konflik dengan win-win solution.
Supervisi / pengawasan merupakan hal yang penting dilakukan untuk memastikan pelayann dan asuhan keperawatan berjalan sesuai standar mutu yang ditetapkan. Pelayanan tidak diartikan sebagai pemeriksaan dan mencari kesalahan, tetapi lebih pada pengawasan partisipatif yaitu perawat yang mengawasi pelaksanaan kegiatan memberikan penghargaan pada pencapaian atau keberhasilan dan memberi jalan keluar pada hal-hal yang belum terpenuhi. Dengan demikian pengawasan mengandung makna pembinaan.
Pengawasan dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Pengawasan langsung dilakukan saat tindakan atau kegiatan sedang berlangsung, misalnya perawat pelaksanan sedang melakukan banti balutan, maka katm mengobservasi tentang pelaksanaan dengan memperhatikan apakah standar kerja dijalankan. Pengawasan terkait pula dengan kinerja dan kompetisi perawat, yang akan berguna dalam program jenjang karir perawat bersangkutan. Pengawasan tidak langsung dilakukan melalui pelaporan atau dokumen yang menguraikan tindakan dan kegiatan yang telah dilakukan.
Pengawasan biasanya dilakukan oleh perawat yang lebih berpengalaman, ahli atau atasan kepada perawat dalam pelaksanaan kegiatan atau tindakan. Agar hasil pengawasan dapat ditindaklanjuti maka sebaliknya disediakan instrumen pengawasan. Tindak lanjut dapat berupa penghargaan, penambahan pengetahuan atau keterampilan, promosi untuk tahap kemampuan lanjutan. Pelaksanaan pengawsan dapat direncanakan harian, mingguan, bulanan, atau tahunan dengan focus yang telah ditetapkan.
Di ruang rawat pengawasan dilakukan kepada kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana. Pengawasan terhadap kepala ruangan dilakukan oleh kasubdepwat. Pengawasan terhadap ketua tim dilakukan oleh kasubdepwa, dan kepala ruangan. Pengawasan terhadap perawat pelaksana dilakukan oleh kasubdepwat, kepala ruangan dan katim.
Kegiatan kepala ruangan yang perlu diawasi adalah pelaksanaan berbagai kegiatan yang berjalan:
a. Manajemen
1) Perencanaan
Pelaksanaan dan hasil dari rencana harian, mingguan dan rencana bulanan.
2) Pengorganisasian
Pelaksanaan : struktur organisasi, jadual dinas dan daftar pasien
3) Pengarahan
Pemberian motivasi kepada katim dan perawat pelaksana. Penyelesaian konflik yang
terjadi dan pengawasan terhadap pekerjaan katim dan pelaksana.
4) Pengendalian
Proses pengendalian mutu, hasil kerja ruangan dan kinerja perawat ruangan.
b. Compensatory Reward
1) Program pengembangan perawat di dalam ruangan ( on the job training )
2) Pengembangan jenjang karir tekait dengan persiapan uji kompetensi perawat
c. Profesional Relationship
Pelaksanaan operan, pendelegasian, konferensi kasus, rapat rutin keperawatan dan tim kesehatan, serta koordinasi dengan bidang terkait diluar ruang rawat.
d. Patient Care Delivery
Kemampuan manajemen pemberian asuhan keperawatan yang bermutu. Ketersediaan standart asuhan keperawatan kepada pasien dan keluarga, serta kemampuan menyelesaikan complaint pasien dan keluarga.
Kegiatan ketua tim yang perlu diawasi adalah pelaksanaan berbagai kegiatan :
a. Pendekatan manajemen
1) Perencanaan
Pelaksanaan dan hasil rencana harian dan bulanan untuk timnya
2) Pengorganisasian
Pengalokasian perawat setiap shift pada daftar pasien. Pengisian daftar dinas yang
ajek.
3) Pengarahan
Pemberian motivasi pada perawat pelaksana, penyelesaian konflik dalam tim,
pengawasan terhadap penyelesaian pekerjaan perawat pelaksana
4) Pengendalian
Pengendalian mutu asuhan keperawatan kepada pasien dan kinerja perawat
pelaksana.
b. Penghargaan Karir
1) Program pengembangan perawat dalam tim (on the job trainning )
2) Program pencapaian kompetensi terkait dengan persiapan uji kompetensi
c. Hubungan Profesional
Pelaksanaan pre-post conference, kolaborasi dengan dokter dan pendelegasian.
d. Sistem pemberian asuhan pasien
Kemampuan memberi asuhan keperawatan untuk masalah keperawatan bagi pasien dan keluarga.
Untuk evaluasi fungsi pengarahan ini, kepala ruangan menyusun rencana terhadap ketua tim dan perawat pelaksana sebagai rencana bulanan. Contoh rencana supervisi terlihat pada tabel 11.
Tabel 11
Rencana Supervisi Perawat di Ruangan............... Bulan ......................
No | Nama Perawat | Tanggal | Kasus / masalah keperawatan |
1 | Puji | 23-11-2007 | Nyeri ulu hati |
2 | Kusnida | 24-11-2007 | Hipertermi |
2 | Hasanah | 24-11-2007 | Devisit volume cairan |
| Dst | | |
Rencana tindak lanjut : |
4. Fungsi Pengendalian
Pengendalian adalah upaya mempertahankan mutu, kualitas atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar)yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan, keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, LOS, TOI, Audit dokumentasi keperawatan.
Kepala ruangan akan membuat laporan hasil kerja bulanan tentang semua kegiatan yang dilakukan (proses evaluasi = audit proses) terkait dengan MPKP. Data tentang indikator mutu dapat bekerjasama dengan tim rumah sakit atau ruangan membuat sendiri.
Audit dokumentasi keperawatan dilakukan pada rekam medik yang pulang atau yang sedang dirawat lalu dibuat rekapitulasinya untuk ruangan. Survey masalah pasien yang diambil dari pasien baru yang dirawat pada bulan yang bersangkutan untuk menganalisa apakah ada masalah baru yang belum dibuat standar asuhannya. Ketua tim akan memberi kontribusi data yang dibutuhkan oleh kepala ruangan dalam menilai pencapaian kegiatan MPKP. Contoh survey masalah keperawatan terlihat pada tabel 12
Tabel 12
Survey Masalah Keperawatan di Ruangan ………… Bulan ……………
No | Nama Pasien | Keluhan utama / masalah keperawatan | SAK | |
Ada | Tidak ada | |||
1 | | | | |
2 | | | | |
dst | | | | |
Jumlah pasien baru pada bulan …………………… = orang Masalah keperawatan yang muncul : 1. ………. 2. ………. 3. ………. 4. ………. Masalah yang sudah ada SAK = ............... Masalah yang tidak ada SAK = ............... Rencana tindak lanjut : ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ ........................................................................................................................................ |
B. PENGHARGAAN KARIR (COMPENSATORY REWARDS)
Keperawatan merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak untuk melakukan praktek profesionalnya pada pasien di berbagai tatanan khususnya pada pasien yang dirawat di rumah sakit serta memberikan asuhan 24 jam terus menerus. Untuk sejumlah pasien diperlukan sejumlah perawat karena perawat senantiasa ada di antara pasien, berbeda dengan profesi kesehatan lain yang memerlukan waktu sesaat dan tidak terus menerus sehinggajumlah mereka tidak sebanyak perawat.Untuk itu, kemampuan perawat melakukan praktek keperawatan professional perlu dipertahankan, dikembangkan dan ditingkatkan melalui manajemen SDM/kinerja perawat yang konsisten dan disesuaikan dengan perkembangan iptek keperawatan.
Rencana pembentukan ruang MPKP Rumkitpolpus RS, sejak awal pembukaan dilakukan langkah-langkah manajemen SDM perawat yaitu orientasi, pelatihan dan pengembangan SDM.Pembentukan ruang MPKP dilakukan secara bertahap sampai seluruh ruangan menggunakan pendekatan MPKP. Pada tahap awal dapat diplih 3 (tiga) ruangan sebagai pilot project.
Untuk MPKP pemula, diharapkan karu dan katim mempunyai latar belakang pendidikan minimal DIII Keperawatan serta seluruh perawat pelaksana minimal DIII.
1. Orientasi kerja
Semua perawat yang bekerja di ruang MPKP harus melalui masa orientasi berupa pemberian informasi tentang budaya kerja MPKP dan orientasi di ruang rawat MPKP. Selama masa orientasi dievaluasi kinerja dalam melaksanakan budaya kerja MPKP.
2. Pendidikan Keperawatan Berkelanjutan (PKB)
Pendidikan keperawatan berkelanjutan dapat berupa pendidikan formal yaitu peningkatan pendidikan dari SPK ke DIII keperawatan, DIII Keperawatan ke S1 Ners Keperawatan, atau S1 Ners ke S2 Keperawatan dan seterusnya. Selain itu dapat dilakukan pendidikan informal secara on the job training yaita pelatihan/bimbingan secara terus menerus sambil bekerja, misal perawat pelaksana dapat meningkatkan kompetensinya dengan bimbingan katim, dapat meningkatkan kemampuan manajenal katim dengan bimbingan kepala ruangan. Out the job training yaitu pelatihan yang diselenggarakan dalam kurun waktu tertentu, misalnya pelatihan 4 hari atau lebih. Perawat harus meninggalkan pekerjaannya sementara. Pelatihan yang diikuti akan dirancang sesuai dengan pengembangan kemampuan yang terkait.
3. Pengembangan Jenjang Karir Perawat
Pengembangan jenjang karir adalah pengembangan peran dan tanggung jawab. Seorang perawat yang telah sukses di ruang MPKP merupakan asset keperawatan untuk pengembangan MPKP di ruang rawat lain, artinya menjadi pembaharu. Ia dapat pula berperan sebagai narasumber bagi rumah sakit lain yang ingin mengembangkan MPKP. Demikian juga perawat asosiet dapat berkembang menjadi perawat primer dan perawat primer menjadi karu.
Jenjang karir yang dikembangkan oleh PPNI dan Direktorat Keperawatan Depkes RI sebagai berikut:
a. Perawat lulusan DIII Keperawatan hanya dapat berkembang menjadi jenjang perawat klinis2 (PK 2) dan perawat manajer (PM 1).
b. Perawat lulusan Ners-Sanjana Keperawatan hanya dapat berkembang sampai jenjang perawat klinis 3 (PK 3), Perawat Manajen 2 (PM 2) dan Perawat Pendidik 1 (PP 1).
c. Perawat lulusan S2/Magisten Keperawatan dapat berkembang sampai jenjang PK 5, PM 5, PP 4 dan Perawat Riset 3 (PR 3).
d. Penawat lulusan S3 Keperawatan/Kesehatan dapatberkembang~sampajjenjang PK5, PM5, PP5, PR5 dengan syarat pendidikan sebelumi a~4daiĆ£h bidang keperawatan.
C. HUBUNGAN PROFESIONAL (PROFESSIONAL RELATIONSHIP)
Hubungan pnofesional antara anggota tim keperawatan dan profesi dokter memberi suasana ilmiah dan profesional di ruang MPKP. Untuk itu direncanakan kegiatan yang akan memberi kesempatan bagi tenaga kesehatan berbagi pendapat dan pengalaman, baik dalam pelayanan maupun asuhan pada pasien dan keluarga.
Prinsip pelayanan prima dimana kebutuhan dan kepuasan pelanggan baik internal (seluruh tenaga kesehatan) dan eksternal (klien, keluarga dan calon pasien) perlu dipenuhi dengan menyediakan pelayanan dan asuhan yang berkualitas, aman dan dapat dipertanggungjawabkan Maka seluruh tenaga profesional berupaya mewujudkannya
Interaksi antara profesi diselenggarakan berupa:
1. Hubungan profesional antar perawat
a. Operan, yaitu komunikasi dan serah terima antara shift pagi, sore dan malam. Operan dari malam ke pagi dan dari pagi ke sore dipimpin oleh katim, sedangkan openan dan sore ke malam dipimpin oleh penanggungjawab shift sore.
Isi operan:
1) Dibuka oleh koordinator
2) Meminta penanggung jawab masing-masing tim mengoperkan pada tim benkutnya.
2.1. PJ tim pagi melaporkan asuhan keperawatan pasien pagi dan tindak lanjut sore dan malam
2.2. PJ tim sore melaporkan asuhan keperawatan pasien pagi dan sore serta tindak lanjut malam
2.3. PJ tim malam melaporkan asuhan keperawatan pasien sore dan malam serta tindak lanjut pagi
3) Tim pagi melakukan klarifikasi
4) Doa bersama
5) Keliling melihat pasien : validasi kondisi dan jumlah
b. Konfenensi awal (pre conference) yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana setelah selesai operan untuk rencana kegiatan pada shift tersebut yang dipimpin oleh katim. Jika yang berdinas pada tim tersebut hanya satu orang, maka pre conference ditiadakan. Isi pre conference adalah rencana tiap perawat (rencana harian) dan tambahan rencana dan katim atau PJ tim. Pre conferencedipimpin oleh katim atau PJ tim.
c. Konferensi akhir (post conference) yaitu komunikasi katim dan perawat pelaksana tentang hasil kegiatan sepanjang shift dan sebelum operan berikutnya. Isi post conference adalah hasil asuhan keperawatan tiap perawat dan hal penting untuk operan (tindak lanjut). Post conference dipimpin oleh katim atau PJ tim.
d. Studi kasus dapat dilakukan pada tingkat tim atau ruangan pada kasus pasien baru, pasien yang tidak berkembang, pasien yang meninggal, pasien dengan masalah yang jarang ditemukan.
e. Rapat keperawatan dapat dilakukan satu bulan sekali untuk mengevaluasi hasil kerja secara keseluruhan membagi informasi, peraturan/perkembangan IPTEK yang dipimpin oleh katim.
f. Pendelegasian tugas yang jelas diberikan kepada perawat yang mempunyai kemampuan untuk melakukannya. Kepala ruangan dapat mendelegasikan tugas kepada katim, demikian pula katim dapat mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana.
2. Hubungan profesional antara perawat dan dokter
a. Kolaborasi antara katim dan dokter
Katim bertanggungjawab berkolaborasi dengan dokter yang merawat pasien yang ada di timnya. Jika katim tidak dinas/tidak di tempat, maka ia harus mendelegasikan kolaborasi dengan dokter kepda perawat yang merawat pasien yang bersangkutan. Sesuai dengan pengorganisasian perawat, maka dokter, fisioterapis dan ahli gizi dapat berdialog dengan perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien tertentu. Hubugan kemitraan dapat ditumbuhkan sehingga iklim kerja yang saling menghargai dapat tencipta.
b. Instruksi dokter melalui telpon dibuatkan pedomannya. Misalnya perlu ada saksi penerima telpon dan 1x24 jam kemudian dokter harus mengganti instruksi lisan
menjadi instruksi tertulis. - \
c. Studi kasus multidisiplin, yaitu membahas kasus bersama-sama tim terkait. Misalnya setiap pasien baru dibahas bersama tindakan dan berbagai pihak untuk kepentingan pasien. Hal ini perlu agar terlaksana asuhan terpadu dan holistik.
d. Rapat ruang rawat, bersama seluruh petugas kesehatan yang bekerja di ruangan tersebut untuk membahas hasil total pelayanan kesehatan ruang rawat.
D. SISTEM PEMBERIAN ASUHAN PASIEN (PATIENT CARE DELIVERY SYSTEM)
Sistem pemberian asuhan keperawatan dibagi dua yaitu manajemen asuhan keperawatan untuk pasien dan pendidikan kesehatan bagi keluarga.
1. Manajemen asuhan keperawatan
Manajemen asuhan keperawatan terkait erat dengan metode penugasan perawat. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Formulir pengkajian disediakan sama dengan yang digunakan pada ruang rawat lain di RS. Perawat primer/katim bertanggung jawab melakukan pengkajian dan menetapkan masalah dan diagnosa keperawatan.
Kemampuan pengkajian, penetapan masalah, dan tindakan yang tepat merupakan kemampuan intelektual. Implementasi tindakan keperawatan akan dilakukan oleh perawat pelaksana yang ditetapkan sesuai dengan daftar pasien. Pendokumentasian juga dilakukan oleh yang melakukan tindakan. Kemampuan melaksanakan tindakan keperawatan merupakan kemampuan yang harus dilatih agar mencapai tujuan sesuai dengan masalah keperawatan yang dialami pasien. Kemampuan ini harus disupervisi dan didokumentasikan oleh katim dalam rangka penilaian kinerjanya.
2. Pendidikan kesehatan bagi keluarga pasien
Pendidikan kesehatan bagi keluarga pasien merupakan paket asuhan keperawatan yang tidak dapat dipisahkan dan asuhan keperawatan pada pasien. Sejak keluarga mengantarkan pasien untuk dirawat di rumah sakit dan keluarga setuju dirawat di ruang MPKP maka keluarga merupakan bagian dan sistem pemberian asuhan keperawatan pasien.
Program pendidikan kesehatan disesuaikan dengan masalah yang dialami oleh pasien. Perawat memberikan pendidikan kesehatan tentang penyakitmasalah yang dialami, tanda dan gejalanya, tindakan yang dapat keluarga lakukan dan follow up yang perlu dilakukan di rumah.
V. PENUTUP
Nilai-nilai profesional yang meliputi pendekatan manajemen, kompensasi dan penghargaan, hubungan pnofesional, dan pemberian asuhan keperawatan perlu diterapkan di ruang MPKP agar kriteria profesional dapat dipenuhi. Dengan penenapan nilai-nilai tersebut diharapkan kualitas pelayanan keperawatan tidak saja dapat memenuhi kaidah keilmuan (sesuai konsep dan teori keperawatan) tetapi diharapkan juga memberi kepuasan kepada pasien, keluarga, dan tenaga kesehatan yang memberi palayanan. Pihak-pihak yang terlibat dalam ruang MPKP harus mempunyai kemampuan, kemauan, dan komitmen sehingga nuang MIPKP dapat terwujud.
\
DAFTAR RUJUKAN
Keliat, B.A., dkk (2000). Pedoman manajemen sumber daya inanusia perawat ruang model praktek keperawatan profesional rumah sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Makalah : tidak dipublikasikan
Sitorus, R, Yulia (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit; Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Sudarsono, R.S. (2000). Berbagai model praktek keperawatan profesional di rumah sakit. Makalah seminar dan semiloka MPKP II. Jakarta : tidak dipublikasikan
UNIVERSITAS INDONESIA
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Oleh :
Dumauli
0606026755
Disajikan pada Pelatihan Pengembangan Awal MPKP
Di Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S. Sukanto
Tanggal 22,23,28,29 November 2007
UNIVERSITAS INDONESIA
MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL
Oleh :
Uly Agustine
0606037166
Disajikan pada Pelatihan Pengembangan Awal MPKP
Di Rumah Sakit Kepolisian Pusat R.S. Sukanto
Tanggal 22,23,28,29 November 2007
0 comments:
Posting Komentar