Footer 1

2008/05/23

Bulan Dibingkai Jendela

Tepat di seberang jendela kaca ruangan saya di Dreamlab Building, tampak bulan megah sedang bertahta. Lalu ada pesawat melewati bola cahaya itu sepertinya mau landing dengan lampu merah kelap-kelip, membelah terangnya. Di atas ada langit yang terang sumringah, di bawah terbentang sawah hijau yang kini redup diselimuti gelap. Menjadi silhuet garis-garis hitam. Komposisi luar biasa dari kesederhanaan warna dan suasana.

Lalu, apakah itu keindahan jika kita hanya ingin menikmatinya dalam gemerlap warna warni pesta yang hingar bingar? Atau dalam candle light di sebuah resto dengan bangunan menyerupai kastil yang menu makannya cukup buat sarapan ana-anak satu sekolahan?

Saya memilih menyingkir dalam sunyi. Berpesta dalam keheningan. Semilir angin yang berhembus dan suara jengkerik yang mengundang ratusan kunang-kunang menari di atas silhuet embun malam: segala yang yang luar biasa indah dalam hidup biasanya hadir tanpa kita harus membayar.

Tapi kita sering lupa pada kesederhanaan yang anggun. Kita berlari memuja kesibukan. Kita berlari memburu dunia. Kita berebut mengejar kehampaan. Untuk lalu kelelahan saat malam menjelang, melupakan bulan megah yang sedang bertahta. Mata hati kita tak mampu menyesapi indahnya.

0 comments: