Footer 1

2008/04/12


KESEHATAN DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO DALAM REMAJA
Pada masa remaja (usia 12 sampai dengan 21 tahun) terdapat beberapa fase (Monks, 1985), fase remaja awal (usia 12 tahun sampai dengan 15 tahun), remaja pertengahan (usia 15 tahun sampai dengan 18 tahun), masa remaja akhir (usia 18 sampai dengan 21 tahun) dan diantaranya juga terdapat fase pubertas yang merupakan fase yang sangat singkat dan terkadang menjadi masalah tersendiri bagi remaja dalam menghadapinya. Fase pubertas ini berkisar dari usia 11 atau 12 tahun sampai dengan 16 tahun (Hurlock, 1992) dan setiap individu memiliki variasi tersendiri. Pada masa remaja, banyak terjadi perubahan baik biologis psikologis maupun sosial. Tetapi umumnya proses pematangan fisik terjadi lebih cepat dari proses pematangan kejiwaan (psikososial).
Seorang remaja tidak lagi dapat disebut sebagai anak kecil, tetapi belum juga dapat dianggap sebagai orang dewasa. disatu sisi ia ingin bebas dan mandiri, lepas dari pengaruh orang-tua, disisi lain pada dasarnya ia tetap membutuhkan bantuan, dukungan serta perlindungan orang-tuanya.
Remaja menunjukkan angka prevalensi dan insidensi pada problem-problem khusus mengenai kesehatan biopsikososial. Masalah kesehatan utama pada remaja berkaitan dengan perilaku beresiko seperti penyalahgunaan Napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif), merokok, seks pranikah, abortus yang tidak aman, infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS dan gangguan-gangguan psikologis (Departemen Kesehatan R I, 2007).
Faktor resiko yang berpengaruh pada remaja adalah lingkungan, yang meliputi lingkungan keluarga serta status ekonomi dalam keluarga, teman sepermainan (peer-group), pengaruh media dan televisi, serta lingkungan masyarakat sekitarnya.
Perilaku remaja tidaklah terlepas dari pendefisian masyarakat tentang siapa remaja, serta nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat. Adanya masyarakat secara tidak langsung mendorong remaja untuk terlibat dalam perilaku-perilaku yang mengarah pada resiko.
Awal dari perilaku beresiko adalah dengan merokok. Merokok sudah banyak diterima masyarakat sebagai suatu perilaku yang normal. Diawali dengan merokok kemudian minum minuman beralkhohol serta diikuti oleh Napza dan hubungan seksual pranikah yang mana hal ini juga berlaku bagi remaja yang ada di Indonesia. Merokok diawali dengan percobaan dan akhirnya menjadi satu kebiasaan. Semakin muda seorang remaja mulai dengan rokok pertamanya, maka semakin besar kemungkinan untuk menjadi perokok berat di masa dewasa (Leventhal dkk, 1988; Dhuyvettere, 1990).
Minum minuman beralkhohol ringan di negara-negara barat merupakan perilaku sosial yang dapat diterima. Tapi di daerah dimana konsumsi alkhohol dinggap kurang normal maka konsumsi alkhohol dengan prosentase sekecil apapun dianggap sebagai perilaku menyimpang.
Karena usia remaja merupakan masa yang penuh dengan perubahan baik jasmani maupun kejiwaan. Selain itu juga timbul sifat keinginan untuk mencoba berbagai macam hal termasuk Sex dan Narkotika. Perubahan sosial dan psikologi yang cepat juga menyebabkan remaja dihadapkan pada berbagai pilihan perilaku. Di mana perilaku yang tidak sehat akan memudahkan remaja terjangkit vitus ini. Namun bukan berarti para orang tua tidak akan terjangkit virus ini, karena Virus ini bisa menular melalui :
· Free Sex
Karena sebagian besar penularan AIDS melalui penularan seksual, yaitu 80% dan Narkotika 10%
· Jarum Suntik bekas pemakai pengidap HIV / AIDS
· Transfusi darah dari si penderita
· Ibu hamil yang tubuhnya terjangkit virus ini dapat menularkan kepada janin yang sedang di kandungnya
Berkaitan dengan AIDS, menurut survey sekitar 50 % manusia Indonesia yang terinfeksi Virus HIV AIDS berusia kurang dari 25 th, dan 20 % adalah berumur kurang dari 20 th.
Dari berbagai survei dapat disimpulkan bahwa timbulnya masalah kesehatan remaja tersebut berpangkal pada tiga faktor mendasar yaitu
· Perilaku berisiko
· Kurangnya informasi yang tepat dan benar tentang reproduksi remaja
· Rendahnya akses remaja terhadap fasilitas kesehatan yang ada.

0 comments: