Footer 1

2008/03/29

Buku Kedua yang Lahir Pertama


Siapa yang bisa mengerti kemana takdir akan membawa kita? Buku Jualan Ide Segar yang sedang saya tulis berat banget rasanya, perjalanan itu telah sampai di halaman 192 dari sekitar 250 halaman yang saya targetkan. Molor dari jadual saya yang harus kelar 21 Maret kemarin.

Di sela-sela kebuntuan otak saya, berkelebat sebuah ide tak diundang (kayak jaelangkung aja!) Dan saya ikuti aja kemana ide sialan itu membawa saya, saya benamkan diri dalam-dalam menyelami apa dan bagaimananya, saya bongkar catatan-catatan lama, saya diskusikan dengan beberapa teman, saya koreksi berulang-ulang, lalu hadirlah sebuah buku yang tak pernah saya bayangkan: ia nongol begitu saja dengan kurang ajar.

Buku ukuran 16x23 cm setebal 190 halaman yang berisi kumpulan catatan harian saya (offline dan online) ini pun selesai saya siapkan, pas tanggal 21 Maret 2008. Dummy-nya telah beredar untuk saya mintakan komentar beberapa teman. Saat ini saya masih negosiasi dengan salah satu penerbit yang kebetulan juga teman baik saya untuk proses editing dan produksinya. Jadual launching-nya belum ditentukan, masih nunggu itungan weton yang tepat. Wa ka ka kaa...
Rencana judul bukunya: Tuhan Sang Penggoda. Terima kasih untuk Kekasih Kecil saya untuk sumbangan judul buku ini. Biar gak terlalu penasaran, saya kutipkan kata pengantarnya di sini:

Pengantar
Tuhan Sang Penggoda
Ini bukan buku memoar atau biografi, sama sekali bukan. Emangnya saya siapa kok berani-berani bikin biografi? Ini juga bukan tulisan ilmiah, novel apalagi kumpulan puisi. Atau Teka-teki Silang. Anda tahu lah bedanya. He he he...
Ini hanyalah cermin kusam atas perjalanan yang telah saya tapaki selama 33 tahun, jumlah usia yang menurut saya masuk dalam kategori keramat. Gak ada alasan khusus kenapa saya menyebutnya keramat, mungkin karena angkanya sama: 33. Jadi jangan kecewa jika banyak hal keramat dalam hidup kita ternyata tak jelas asal usul maupun konsepnya. Misalnya perusahaan yang saya dirikan bareng teman-teman - Petakumpet namanya - juga sering bikin kecele orang. Saat ditanya mengapa namanya Petakumpet, saya jawab gak ada alasannya. Lho kok? Kok lho, saya jujur kok emang awalnya nama lucu itu hanya terlintas begitu saja.
Mungkin ini lebih pas disebut kumpulan catatan harian karena sebagian content-nya mengambil tulisan saya di blog, sayapun melengkapinya dengan catatan harian offline yang mulai saya tulis saat masih kuliah di tahun 1998. Buku ini saya maksudkan sebagai kumpulan puzzle pemikiran sehari-hari yang saya upayakan bisa membentuk gambaran besar mengenai upaya mewujudkan impian kita yang paling sejati.
Edisi pertama yang hadir dalam bentuk buku on paper yang bisa dipegang dan dibaca dimana-mana – termasuk di toilet atau kuburan – sebagai upaya sharing saya dengan Anda semua para pembaca tercinta yang yang lebih nyaman untuk menikmati membacanya secara offline. Untuk online edition-nya, saya sedang mencari cara untuk menyajikannya dengan teknologi yang lebih manusiawi, sambil menunggu hadirnya hardware e-book sehingga tak hanya bisa dinikmati di depan layar monitor saja.
Dalam banyak segi, saya yang sok jadi editor dengan sadis telah melakukan proses deleting yang brutal untuk materi tulisan yang saya anggap tak menyokong ide besar yang dibawa buku ini. Ratusan jam dengan bahagia saya habiskan untuk menambahkan lagi beberapa cuatan ide yang membanjir saat proses penyusunan materi dan editing berlangsung, sayapun berusaha membatasi ide-ide yang tumpah tapi – entah bagaimana – tumpahan itu dengan pas mengisi ruang-ruang kosong puzzle yang telah tersusun.
Dengan upaya ini, semoga Anda para pembaca tercinta menemukan tautan benang merah yang kuat dari setiap keping judul yang hadir di masing-masing babnya. Tulisan di dalam buku ini disusun tidak urut waktu tapi urut tema bahasan. Saya membagi tulisan ini dalam 4 bagian besar: Mencari Jalan Pulang yang berisi proses berliku dalam pencarian diri yang sejati, Menuju Batas Langit yang berisi upaya-upaya untuk menghasilkan gagasan-gagasan besar, Mencari Rumah Tuhan yang mengungkap upaya pencarian spiritual dan pemahaman atas takdir Tuhan dalam hidup keseharian dan Menikmati Pelangi Kehidupan yang memotret hal-hal sederhana yang penuh makna dalam hidup ini. Masing-masing bab berbicara dalam satu bahasan khusus: ada yang ringan, yang berat, yang lucu juga tidak ketinggalan: yang kurang ajar.
Oya, mungkin Anda bertanya mengapa judulnya Tuhan Sang Penggoda? Mmm.. Tolong dilanjutin baca isinya aja deh. Ini kan cuma pengantar, masa' saya harus ceritakan semua di sini?
Kekayaan makna yang hadir akan mencerahkan jika Anda berinteraksi sendiri dengannya.
Menubrukkan pemahaman Anda dengan ide-ide dalam tulisan ini adalah cara terbaik untuk menemukan substansi makna dan kandungan rahasia hidup yang saya maksudkan.
Selamat menikmati igauan seorang blogger yang terus berusaha menguak rahasia mewujudkan mimpi tertinggi dalam hidup dengan tak berhenti mencari jalan terbaik untuk mati. Karena jika kita tak siap mati, kemungkinan besar kita juga tak siap untuk melanjutkan kehidupan.
Yogyakarta, 21 Maret 2008

0 comments: