Footer 1

2010/03/05

TETANUS

I . Pendahuluan :
Penyakit tetanus addalah penyakit infeksi yang diakibatkan oleh kuman Cloctradium tetani yang dimanifestasikan berupa kejang otot proksimal, diikuti oleh kekuatan otot seluruh tubuh. Kekuatan tonos otot ini selalu tampak pada otot maseter dan otot – otot rangka.
Tetanus adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh eksotoksin spesifik dari kuman anaerob clostridium tetani.
Tetanus adalah penyakit infeksi yang ditandai oleh kekakuan dan kejang otot, tanpa disertai gangguan kesadaran, sebagai akibat dari toksin kuman closteridium tetani

II. Etiologo:
Clastradium tetani adalah kuman berbentuk batang, rangping berukuran 2-5x0,4-0-0,5 milimikron. Kuman ini berspora termasuk dalam golongan gram positif dan hidup anaerob. Spora dewasa mempunyai bagian yang bergenderang ( drum stick). Kuman mengeluarkan toksin yang bersifat neorotoksik. Toksik ini (tetanuspasmin) mula-mula akan menyebabkan kejang otot daqn syaraf ferefer setempat. Toksin labil pada pemanasan pada suhu 65 derajat celcius akan hancur dalam waktu5 menit. Disamping itu dikenal juga tetanolisin yang bersifat hemolisis yang perannya kurang berarti dalam proses hemolisis.
Sering kali tempat masuk kuman sukar diketahui tetapi suasana anaerob seperti pada luka tusuk, luka kotor, adanya benda asing dalam luka yang menyembuh , otitis media, dan cairies gigi, menunjang berkembang biaknya kuman yang menghasilkan exotoksin.

III. Epidmiologi :
Di Amerika rata-rata usia pasien tetanus berkisar antara 50 s.d 57 tahun. Tetanus juga dapat menyerang semua golongan umur : bayi (tetanus neonatorum). Dewasa muda (biasanya pecandu narkotik) Kuman ini bisa tersebar luas diseluruh tanah terutama tanah garapan yang berasal dari kotoran hewan.
IV. Patofisiologi :
Luka yang terjadi karena tusukan paku , besi, kaleng/ bekas tusuk sate yang kotor cenderung tertutup dan menyebab keadaan kotoran anaerob didalam luka,merupakan media yang sangat baik bagi kuman clostridium tetani. Cara penyebaran toksin oleh kuman terjadi dalam 2 cara yaitu diabvsorbsi melalui ujung syaraf motorik dan malalui susunan limpatik dan ikut aliran darah arteri . Setelah terjadi toksik terjadi perubahan serangan akan timbul gelala-gejala kejang tetani yang khas.
V. Gejala Klinis :
Masa inkubasi tetanus berkisar antara 2-21 hari. Timbulnya gejala klinis biasanya mendadak yang didahului oleh ketegangan otot pada rahang dan leher. Timbul kesukaran membuka mulut, (trismus) karena spasmus otot masseter. Kejang ototini akan berlanjut kekuduk dinding perut dan sepanjang tulang belakang. Bila serangan toksik sedang sering tampak rimus sardonikus karena spasmus otot muka dengan gambaran alis tertarik keatasdan sudut mulut tertarik keluar dankebawah , bibir tertekan kuat pada gigi . Gambaran umum yang khas pada tetanus adalah berupa badan kaku dengan epistotonus ,tungkaidalam keadaan ektensi, lengan kaku dan tangan mengapel, biasanya kesadaran tetap baik.
Secara umumdalam kurun waktu kurang lebih 48 jam penyakit tetanus menjadi nyata terlihat dengan gambaran klinis sebagai berikut :
1. Trismus : karena spasme otot-otot pengunyah.
2. spasme kuduk sampai epistotonus ( karena ketegangan otot-otot erector tungkai).
3. Ketegangan otot dinding perut (perut kaku seperti papan).
4. Kejang tonis teritama bila dirangsang karena toksin yang tendapat di kornu anterior.
5. Resus sardonikos karena spasme otot muka ( alis tertarik keatas,sudut muka tertarik keluar dan kebawah, bibir tertekan kuat pada gigi)
6. Kerusakan menelan, gelisah ,mudah terrangsang, nyeri kepala, nyeri anggota badan
7. Spasme yang khas yaitu badan kaku dengan epitotonus, ektrimitas inferior dalam keadaan ektensi, lengan kaku dan tangan mengepal kuat .
8. Asfiksia dan sianosis terjadi akibat serangan pada otot pernapasan dan laring.
9. Panas biasanya tidak terlalu tinggi.
10. Biasanya terdapat leukositisis ringan dan kadang-kadang peninggian tekanan cairan otak.
Menurut beratnya gejala dapat dibedakan dalam 3 stadium :
1. Stadium 1: trismus ( 3 cm) tampa kejang tonik umum meskipun dirangsang.
2. Stadium 2: Trismus (<3> 15 hari - “ 1
2. Tempat infeksi :
- Umbilikus - Nilai 5
- Kepala/leher - “ 4
- Badan - “ 3
- Ektrimitas atas proksimal - “ 3
- Ektrimitas bawah proksimal - “ 3
- Ektrimitasd atas distal - “ 2
- Ektrimitas bawah distal - “ 2
- Tidak diketahui - “ 1
3. Imunisasi :
- Belum pernah - Nilai 10
- Mungkin pernah - “ 8
- Pernal > 10 th yang lalu - “ 4
- Pernah <> 3 x / 15 menit - Nilai 5
- Spontan <> 38,9 derajat celcius - Nilai 10
- 38,3 – 38,9 derajat celcius - “ 8
- 37,8 – 38,2 derajat celcius - “ 4
- 37,2 – 37, 7 derajat celcius - “ 2
- 37,7 – 37,1 derajat celcius - “ 0
8. Pernapasan :
- Tracheostomy - Nilai 10
- Henti napas setiap konvulsi - “ 8
- Henti napas kadang setelah konvulsi - “ 4
- Henti napas hanya selama konvulsi - “ 2
- Normal - “ 0
Komplikasi tetanus
1. Spasme otot faring
2. Pnemonia aspirasi
3. Asfiksia
4. Atelektasis
5. Fraktur kompresi pada neonatus

VI. Pemeriksaan Laboratorium :
1. Laboratorium:
a. Hematology:
Biasanya terdapat leukositosis ringan.
Peningkatan Leukosit menandakan selain adanya infeksi juga stress fisik ataupun terjadi kematian jaringan.
b. Kimia klinik:
Dapat terjadi gangguan elektrolit karena terjadi gangguan dalam fungsi perkemihan, dan fungsi gastrointerstinal, hipertermi.
2. Radiodiagnostik:
a. CT Scan: untuk melihat adanya edema, hematoma, iskemi dan infark
b. MRI : menunjukkan daerah yang mengalami fraktur, infark, hemoragik.
c. Rontgen: menunjukkan daerah yang mengalami fraktur, dan kelainan tulang, gambaran infeksi TB paru.

3. Cardiac Studies
a. EKG: Mengetahui Adanya Kelainan Konduksi Listrik Jantung

VII. Penatalaksanaan :
Pada dasarnya , penatalaksanaan tetanus bertujuan :
A. perawatan mandiri
perawatan penderita tetanus harus intensif dan rasional :
1. nutrisi dan cairan
- pemberian cairan IV sesuaikan jumlah dan jenisnya dengan keadaan penderita, seperti sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.
- beri nutrisi tinggi kalori, bil a perlu dengan nutrisi parenteral
- bila sounde naso gastrik telah dapat dipasang (tanpa memperberat kejang) pemberian makanan peroral hendaknya segera dilaksanakan.

2. menjaga agar nafas tetap efisien
- pemebrsihan jalan nafas dari lendir
- pemberian xat asam tambahan
- bila perlu , lakukan trakeostomi (tetanus berat)
3. mengurangi kekakuan dan mengatasi kejang
- antikonvulsan diberikan secara tetrasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan respon klinis.
- pada penderita yang cepat memburuk (serangan makin sering dan makin lama), pemberian antikonvulsan dirubah seperti pada awal terapi yaitu mulai lagi dengan pemberian bolus, dilanjutkan dengan dosis rumatan.
Pengobatan rumat
Fenobarbital dosis maintenance : 8-10 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari pertama, kedua diteruskan 4-5 mg/kg BB dibagi 2 dosis pada hari berikutnya
- bila dosis maksimal telah tercapai namun kejang belum teratasi , harus dilakukan pelumpuhan obat secara totoal dan dibantu denga pernafasan maknaik (ventilator)

B. kolaboratif: eliminasi kuman
1. debridement
untuk menghilangkan suasana anaerob, dengan cara membuang jaringan yang rusak, membuang benda asing, merawat luka/infeksi, membersihkan liang telinga/otitis media, caires gigi.
2. antibiotika
penisilna prokain 50.000-100.000 ju/kg/hari IM, 1-2 hari, minimal 10 hari. Antibiotika lain ditambahkan sesuai dengan penyulit yang timbul.
3. netralisasi toksin
toksin yang dapat dinetralisir adalah toksin yang belum melekat di jaringan.
Dapat diberikan ATS 5000-100.000 KI
4. Pengobatan penunjang saat serangan kejang adalah :
1. Semua pakaian ketat dibuka
2. Posisi kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi isi lambung
3. Usahakan agar jalan napas bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen
4. Pengisapan lendir harus dilakukan secara teratur dan diberikan oksigen

VIII. Prognosis :
Dipengaruhi oleh berbagai faktor yg dapat memperburuk keadaan yaitu :
Masa inkubasi yg pendek ( <7 hari ).
Neonatus dan usia tua (lebih dari 55 th )
Frekuensi kejang yg sering
Kenaikan suhu badan yg tinggi
Pengobatan yg terlambat
Periode trismus dan kejang yg semakin sering
Adanya penyulit spasme otot pernafasan dan obstruksi jalan nafas

0 comments: